Both
of them are achiever, punya keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu.
Kedengaranya gak ada masalah sampai kamu berada dalam situasi diantara
keduanya.
Dalam
mengejar sesuatu, normalnya orang akan langsung mengambil sikapnya masing-masing.
Ada dua jenis achiever yaitu yang aggressive dan proactive. Tapi mereka yang
agresif dan proaktif memiliki kesamaan dalam inisiatif dan ambisi. Gak ragu
untuk memulai dan nge-set rencana untuk meraih sesuatu. Agresif sendiri di
pahami sebagai perilaku serangan yang menyebabkan efek luka fisik maupun
psikologis. Agresi-nya bisa berupa fisik, mental, dan verbal. Sigmund Freud,
seorang psikoanalisis, merumuskan agresifitas sebagai sifat yang di dorong oleh
insting alamiah. Istilahnya, agresif adalah fighting instinct dalam diri
seseorang. Selain agresif sifat proactive juga dimiliki oleh seorang achiever.
Proactif identik dengan keberanian untuk memulai sesuatu, inisiatif tinggi dan ketekunan sehingga mencapai
perubahan yang berarti. Agresif dan proaktif sama-sama bergerak maju untuk
sebuah pencapaian.
In
Between Situation
Lalu
kenapa agresif dan proaktif perlu dipermasalahkan? Jawabannya, karena ada situasi dimana kita
sering kali rancu terhadap dua sikap ini. Kita kepingin banget mewujudkan sesuatu,
meraih yang kita cita-citakan, mengejar mimpi-mimpi. Problem yang muncul,
kadang kita suka terjebak dalam situasi dimana kita gak lagi bisa membedakan
mana tindakan aktif yang tepat untuk dilakukan dan tindakan yang sudah melewati
batas normal. Coba deh bayangin, kalo kamu lagi ngejar sesuatu otomatis segala
cara seakan menjadi normal. Parahnya kalo cara yang kitalakukan sudah sampai
mengorbankan kepentingan orang lain. Kita
seperti lupa dengan batas-batas dan ngerasa bahwa kegagalan adalah dosa besar.
Wahh, kok sampe segitunya ya? Ya karena yang paling penting tujuan awal
tercapai, whatever it takes. Kamu yang seorang achiever with gigantic fighting
spirit semakin menekan keras-keras diri sendiri karena pada dasarnya seorang
agresif akan usaha mati-matian. Mulai dari sini kerancuan terjadi. You push
your self to hard and less appreciate process time.
Set
The Boundaries
Karakter yang
bisa kita lihat dari sikap agresif yaitu usaha yang all-out, ambil posisi
tinggi, melakukan usaha dengan serangan berupa ancaman yang kadang gak
beralasan, dan menegaskan pada hasil maksimum diatas kualitas hasil itu
sendiri. Dalam beberapa kasus, sifat agresif intended to cause pain or harm.
Sedangkan yang jelas terlihat dari sikap proaktif adalah keberanian untuk memulai
sesuatu, pintar dalam melihat dan memanfaatkan situasi, dan di barengi dengan
kompromi. Menjadi proaktif lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Kita gak
cuma memilih, tapi harus juga bertanggung jawab atas pilihan sikap dan perilaku
yang kita ambil. Seorang proaktif membuat pilihan berdasarkan prinsip dan nilai
yang kuat ketimbang sekedar suasana hati atau keadaan.
Paham dengan situasi diantara keduanya, berarti kita tahu
apa yang paling membedakan sikap agresif dan proaktif. Tanda yang paling jelas
yaitu cara para achiever menjalani prosesnya dan bagaimana mereka dealing with
something that come to them. Lalu kapan kita tahu usaha kita melanggar
batas-batas dan nggak lagi bisa disebut wajar? Seseorang yang agresif kadang
ngerasa “perlu” untuk mengorbankan kepentingan orang lain, demi apa yang mereka
impikan. Hal yang mustahil terjadi pada seorang proaktif dimana mereka kenal
dengan yang namanya kompromi dan negosiasi. They fight for what they want,
sekaligus menyadari bahwa mereka juga butuh dengan pendapat orang lain. Nggak
ada yang salah dengan memperjuangkan yang dicita-citakan. Baiknya, perjuangkan
tanpa merusak kualitas dari hasil yang diinginkan. Aggressiveness happens when
you lose your cool and try to intimidate or threaten others. Perhatikan deh ada
batas-batas yang dilanggar oleh seorang agresif. Disadari atau nggak,
pelanggaran dilakukan untuk sebuah pencapaian. Tiap orang kan punya batas
moral, sehingga apa yang menurut kita normal bisa jadi sebaliknya untuk orang
lain. Untuk seorang agresif yang melihat sebuah tujuan sebagai hasil,
batasan-batasan menjadi “blur” sehingga kita bisa tanpa sadar mebuat orang lain
menjadi korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar